Korea Train Express - Subway 06Krisis telah membuktikan, kinerja produk dan jasa ramah lingkungan, yang efisien energi dan sumber daya alam, mampu mengalahkan produk dan jasa konvensional.

Pangsa pasar produk dan jasa hijau ini terus tumbuh dengan nilai mencapai £3,4 triliun ($5,27 triliun) per tahun. Arus modal swasta di bidang energi bersih juga terus tumbuh dalam sepuluh tahun terakhir dengan rata-rata mencapai $245 miliar pada 2010-12.

Ya, dunia tengah beralih ke ekonomi hijau, ekonomi yang ramah lingkungan. Ekonomi yang efisien dalam menggunakan sumber daya alam. Era produk dan jasa yang mengeksploitasi energi dan sumber daya alam pelan tapi pasti akan terkikis. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru Green Alliance berjudul Global Green Race yang dirilis Jum’at (23/8).

Setidaknya ada lima negara yang menikmati pertumbuhan ekonomi hijau ini. Berbagai strategi mereka terapkan untuk meraup potensi pasar. Strategi ini mencakup peralihan ke energi bersih, pengembangan teknologi hijau, pengembangan produk dan jasa yang ramah lingkungan. Semua terlibat tidak hanya pemerintah, namun juga perusahaan dan masyarakat.

Jepang

Pengembangan teknologi rendah karbon dan energi terbarukan menjadi strategi utama untuk merevitalisasi ekonomi Negara Matahari Terbit ini. Targetnya adalah menciptakan 1,4 juta lapangan kerja dan pasar bagi produk dan jasa ramah lingkungan senilai 50 triliun yen ($508,5 miliar) pada 2020.

Jepang juga memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 25% pada 2020 dan 80% pada 2050 dibanding konsentrasi emisi pada tahun 1990. Di bidang energi terbarukan, Jepang menargetkan pengembangan energi surya dengan kapasitas mencapai 28GW pada 2020. Kunci dari strategi pertumbuhan ekonomi ini adalah inovasi hijau yang didukung oleh kebijakan dan reformasi fiskal dari pemerintah.

Dukungan kebijakan yang dilakukan pemerintah Jepang meliputi; pajak atas emisi CO2; penambahan fasilitas feed-in tariff dengan nilai di atas rata-rata pasar, untuk mendukung pengembangan energi angin, surya dan panas bumi; program berbasis kinerja; program subsidi, termasuk subsidi untuk industri teknologi rendah karbon senilai satu miliar yen ($10 juta) per perusahaan.

Jepang juga memobilisasi investasi di energi bersih senilai $16,3 miliar pada 2012 dan memberikan hibah pada konsumen yang membeli mobil hemat energi dengan nilai mencapai $3.2 miliar antara 2011-13.

Jerman

Jerman menikmati dukungan politik yang kuat dalam mengembangkan ekonomi yang ramah lingkungan ini. Di dalam negeri, kesepakatan peralihan ke ekonomi hijau dalam jangka panjang sudah tak perlu diperdebatkan lagi. Berbagai strategi komprehensif telah diciptakan, seperti kebijakan pengembangan energi rendah emisi yang dikenal dengan nama New Energy Concept atau Energiewende pada 2010, kebijakan efisiensi sumber daya (ProgRess, 2012) dan inovasi hijau (High Tech Strategy 2020 Action Plan, 2012).

Jerman juga memiliki High Tech Strategy 2020 Action Plan yang mengejawantahkan sepuluh Proyek Masa Datang (Future Projects) dengan memasang target inovasi dalam rentang waktu 10-15 tahun. Termasuk di dalamnya adalah proyek kota rendah karbon, produksi energi terbarukan dan sistem energi pintar yang terdesentralisasi.

Pangsa pasar sektor manufaktur yang ramah lingkungan dan hemat sumber daya di Jerman nilainya mencapai €300 miliar pada 2011, menyediakan 1,4 juta lapangan kerja. Semua proyek jangka panjang tersebut ditujukan untuk memerkuat industri manufaktur ramah lingkungan yang telah ada.

Program Energiewende misalnya, menjamin akses energi dan membeli energi terbarukan sesuai feed-in tariff bagi produsen energi skala kecil dengan cara membebankan biaya pada konsumen. Bank pembangunan pemerintah juga memberikan subsidi berupa dana tahunan senilai €1,5 miliar yang menjadi sumber pinjaman bagi rumah tangga untuk menciptakan rumah yang efisien energi selama periode 2012-14. Bank ini juga memberikan kredit senilai €5 miliar untuk membangun 10 pembangkit listrik tenaga angin. Investasi energi bersih di Jerman mencapai $22,8 miliar pada 2012.

Hampir sama seperti Jepang, Jerman menargetkan pengurangan emisi sebesar 40% (Jepang hanya 25%) pada 2020 dan 80% pada 2050. Bauran energi terbarukan Jerman ditargetkan mencapai 18% pada 2020 dan 60% pada 2050. Sementara target efisiensi energi – berupa pengurangan konsumsi energi – mencapai 20% pada 2020 dan 50% pada 2050. Sementara target bauran listrik dari energi terbarukan mencapai 35% pada 2020 dan 80% pada 2050.

China

China memiliki rencana pertumbuhan ekonomi hijau lima tahunan (2011-15) dengan menetapkan program konservasi sumber daya alam dan pengembangan kemampuan dalam negeri dalam menciptakan teknologi hijau. Target kapasitas energi terbarukan di China mencapai 100GW untuk energi angin, 35GW energi surya dan 13GW energi biomasa dengan tingkat pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 17% per unit Produk Domestik Bruto (PDB).

China juga mengenakan pajak penggunaan sumber daya alam seperti metal, mineral, minyak dan gas bumi, guna mendorong efisiensi dan konservasi sumber daya alam. Tujuh skema perdagangan karbon akan diluncurkan pada 2014, sebelum skema pajak atas emisi karbon diluncurkan dalam waktu yang belum ditentukan.

Negara Tirai Bambu ini juga terus mengembangkan kemampuan manufaktur guna menangkap peluang pasar teknologi hijau. Rencana Lima Tahun China mengidentifikasi tujuh industri potensial termasuk sektor bahan bakar kendaraan alternatif, konservasi energi, perlindungan lingkungan dan energi alternatif.

Nilai industri ini ditargetkan mencapai 15% dari PDB pada 2020, naik dari hanya 3% pada 2011. Anggaran penelitian dan pengembangan China ditargetkan mencapai 2,5% dari PDB pada 2015. Negara juga memberikan subsidi energi bersih dengan nilai $2,4 miliar pada 2015, subsidi renovasi bangunan hemat energi hingga $13 per meter persegi serta hibah hingga $8 juta bagi bangunan baru. Nilai investasi energi bersih China mencapai $65,1 miliar pada 2012.

Korea Selatan

Sama seperti China, Korea Selatan juga memiliki program pengembangan ekonomi hijau lima tahunan dengan target meningkatkan aktivitas ekonomi senilai 20% dari PDB dan menciptakan 1,8 juta lapangan kerja pada 2013. Pemerintah juga berkomitmen menggunakan dana 2% dari PDB setiap tahun untuk implementasi program tersebut dengan nilai mencapai $19,6 miliar pada 2012.

Korea menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada 2020 dan bauran energi terbarukan mencapai 6,9% – naik lebih dari 500% dari tahun 2010. Skema perdagangan emisi juga akan diluncurkan pada 2015 yang mencakup 70% emisi gas rumah kaca Korea.

Rencana lima tahunan Korea juga mengidentifikasi 17 industri penunjang pertumbuhan ekonomi dan 27 prioritas teknologi hijau yang mencakup energi rendah karbon, sistem penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), sistem transportasi dan kota-kota hijau. Korea menargetkan ekspor dari industri lingkungan ini senilai $11,6 miliar pada 2016.

Pemerintah telah mengeluarkan dana penelitian dan pengembangan teknologi hijau senilai $2,1 miliar pada 2010. Pemerintah juga memberikan insentif berupa pengurangan pajak dengan nilai hingga 30% untuk kendaraan hijau, baterai surya, energi angin, panas bumi serta CCS. Target bauran energi terbarukan Korea mencapai 10% pada 2022 dengan nilai investasi di energi bersih mencapai $900 miliar pada 2012, naik dari $333 miliar pada 2011.

Inggris

Laporan Green Alliance memerkirakan, proyek rendah karbon senilai £60 miliar yang sudah direncanakan pemerintah, akan mampu meningkatkan PDB minimal 0,7% pada 2015. Hal ini terutama jika pemerintah mampu meyakinkan investor untuk membiayai program-program ini.

Pengembangan empat industri teknologi hijau yang meliputi energi angin lepas pantai, energi laut (marine energy), CCS dan penyimpanan listrik akan menyumbang PDB Inggris dengan nilai mencapai £89 miliar antara tahun 2010-50. Nilai ini adalah bagian dari pangsa pasar global senilai £3,3 triliun pada periode yang sama.

Menurut Green Alliance, sekali lagi, faktor kepemimpinan pemerintah menjadi penentu untuk meyakinkan investor dan menunjang pertumbuhan ekonomi hijau. Bagaimana dengan Indonesia?

Redaksi Hijauku.com