Persepsi publik menentukan dukungan terhadap kebijakan mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim.

Namun dukungan publik hingga saat ini masih dinilai kurang. Hal ini karena masyarakat masih belum banyak mengetahui pendapat ilmuwan terkait krisis pemanasan global dan perubahan iklim.

Kesenjangan informasi antara hasil penelitian ilmuwan dan pendapat publik dinilai masih sangat lebar.

Penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center pada 2012 menyebutkan, 57% penduduk Amerika Serikat masih menentang atau tidak mengetahui posisi ilmuwan terkait pemanasan global dan perubahan iklim. Salah satu penyebabnya adalah kampanye yang ditujukan untuk menimbulkan kebingungan publik mengenai sikap dan hasil penelitian ilmuwan terkait pemanasan global dan perubahan iklim.

Salah satu kampanye tersebut adalah kampanye yang digelar oleh Western Fuels Association pada 1991. Kampanye berbiaya $510.000 ini berupaya memengaruhi persepsi publik agar mereka menganggap bahwa pemanasan global bukan sesuatu yang nyata dan hanya sebuah teori. Caranya adalah dengan memanfaatkan pendapat ilmuwan yang menentang teori pemanasan global dan perubahan iklim.

Situasi ini diperparah oleh sikap media massa terhadap isu perubahan iklim. Media massa di AS dan Inggris dinilai gagal memberikan informasi yang berimbang tentang pemanasan global dan perubahan iklim sehingga pendapat minoritas lah yang mengemuka. Pemberitaan yang tidak seimbang ini terutama dipraktikkan oleh tabloid-tabloid di Inggris selama periode 2000-2009.

Penelitian terbaru yang diterbitkan kemarin, Rabu (15/5), dalam jurnal Environmental Research Letters berupaya mengurangi kebingungan publik terhadap posisi ilmuwan dalam menyikapi pemanasan global dan perubahan iklim.

Tim peneliti lintas negara dari Australia, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat mensurvei 11.994 hasil penelitian akademis oleh 29.083 ilmuwan dari seluruh dunia pada periode 1991-2011. Hasilnya, tim peneliti menemukan, 97,1% hasil penelitian ilmiah mendukung teori bahwa pemanasan global dipicu oleh aktivitas manusia.

“Penelitian ini adalah penelitian paling komprehensif guna menghitung konsensus ilmiah (mengenai pemanasan global dan perubahan iklim) dalam dua dekade terakhir,” ujar John Cook, peneliti dari Global Change Institute, University of Queensland, Australia yang memimpin tim ini.

Temuan ini sekaligus mematahkan pendapat pihak-pihak yang skeptis terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Temuan ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan masyarakat terhadap kebijakan mengatasi krisis pemanasan global dan perubahan iklim.

Redaksi Hijauku.com