Indonesia bisa mengurangi emisi setara karbon dioksida sebesar 4 juta ton dari sektor energi melalui proyek efisiensi energi dan energi terbarukan.

Hal ini disampaikan oleh Bill Meade, Chief of Party dari lembaga Pengembangan Energi Bersih Indonesia (Indonesia Clean Energy Development, ICED) semalam dalam diskusi yang digelar oleh komunitas Energy Nusantara di Jakarta.

Dengan menciptakan setidaknya 20 proyek efisiensi energi dan energi terbarukan, Indonesia juga akan menciptakan akses baru ke energi bersih bagi 1,2 juta penduduk.

Untuk mencapainya, diperlukan penambahan kapasitas energi bersih sebesar 120 MW dan pendanaan publik dan swasta sebesar US$150 juta guna membantu terciptanya proyek energi bersih komersial.

Jika Indonesia berhasil melaksanakannya, potensi penghematan subsidi kelistrikan yang bisa diraih mencapai US$250 juta melalui penggantian (secara langsung maupun tidak langsung) energi yang berasal dari mesin disel dengan energi baru dan terbarukan.

ICED saat ini tengah mengembangkan proyek energi bersih di tiga wilayah di Tanah Air yaitu Sumatra Utara, Aceh dan Provinsi Riau. Proyek yang didanai oleh Agensi Pembangunan Internasional Amerika Serikat, USAID ini akan berfokus pada pengembangan pembangkir listrik tenaga air skala kecil (small hydro power), pembangkit listrik tenaga biomassa dan sumber energi bersih yang lain.

Pengembangan industri dan pembangkit listrik skala kecil dari energi bersih ini dimungkinkan oleh UU No.30 tahun 2009 yang mengatur Ketenagalistrikan dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.4 tahun 2011.

PLN diwajibkan untuk membeli listrik yang bersumber dari energi baru dan terbarukan dengan kapasitas di bawah 10MW dari perusahaan swasta tanpa melalui proses tender.

Pemerintah juga sudah menerapkan feed-in tariff sebesar Rp. 656 –984 / kWh untuk energi yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga air dan limbah energi, Rp. 975 –1463 /kWh untuk energi biomassa dan biogas, serta Rp. 1050 –1575 /kWh bagi energi yang berasal dari sampah (waste).

Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia sudah merevisi target sumbangan energi baru dan terbarukan dalam pasokan listrik nasional dari 17% menjadi 25% pada 2025. Pemerintah juga sudah menargetkan peningkatan kapasitas energi panas bumi dari sebesar 2000 MW tahun ini menjadi 5000 MW dua tahun mendatang (2014). Potensi energi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 29.000 MW.

Menurut ICED dengan berfokus pada energi baru dan terbarukan, nilai pangsa pasar pembangkit listrik kecil akan mencapai US$2-3 milliar dalam 15 tahun mendatang.

Redaksi Hijauku.com