Matahari bisa menjadi sumber energi terbesar di berbagai negara dunia, tak terkecuali di Indonesia. Badan Energi Internasional (International Energy Agency) menunjukkan caranya.

Matahari akan mengalahkan bahan bakar fosil dan menjadi sumber energi utama pada 2050. Tidak hanya bahan bakar fosil, energi matahari juga berpotensi mengalahkan sumber energi lain seperti anergi angin, air dan nuklir. Informasinya ini terungkap dalam dua laporan yang diterbitkan oleh IEA Senin (29/9).

Dua laporan yang membahas jalur teknologi (technology roadmap) ini menunjukkan, panel surya (solar photovoltaic) bisa menghasilkan 16% listrik dunia pada 2050. Sementara pembangkit listrik tenaga surya – yang mengumpulkan tenaga surya dalam jumlah besar akan menghasilkan 11% listrik tambahan bagi dunia pada periode yang sama.

Jika digabungkan, kedua sumber energi surya ini bisa mencegah emisi lebih dari 6 juta ton CO2 per tahun pada 2050.Jumlah emisi ini melampaui semua emisi CO2 yang terkait energi di Amerika Serikat atau semua emisi langsung yang dihasilkan oleh sektor transportasi dunia hari ini.

“Harga panel surya terus turun drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini membuka peluang bagi energi surya untuk menjadi sumber energi utama pada tahun-tahun atau dekade mendatang,” ujar Maria van der Hoeven, Direktur Eksekutif IEA. “Namun dua jenis teknologi surya tersebut perlu modal awal yang cukup besar. Menurunkan biaya modal adalah kunci untuk mencapai visi tersebut.”

Menurut IEA, pesan utama dari dua laporan sangat jelas. Para pembuat kebijakan perlu menciptakan sinyal yang jernih, konsisten dan bisa dipercaya yang bisa mengurangi risiko investasi dan menumbuhkan rasa percaya diri bagi para investor. “Jika para pembuat kebijakan mengirim sinyal yang membingungkan, atau angin-anginan, investor akan membayar lebih mahal atas investasinya. Ujung-ujungnya konsumen juga akan membayar lebih mahal dan proyek yang diperlukan tak akan jalan,” ujar Maria.

Pasar panel surya terus mendunia. Saat ini China menjadi pemimpin pasar diikuti oleh Amerika Serikat. Lebih dari separuh kapasitas energi panel surya dihasilkan oleh rumah tangga, pusat perbelanjaan dan insutri. Sementara pembangkit listrik tenaga surya cocok bagi negara dengan sinar matahari yang berlimpah dan langit yang cerah seperti Afrika, India, Timur Tengah dan Amerika Serikat.

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia berpeluang menjadi salah satu produsen dan konsumen energi surya terbesar di dunia. Indonesia memiliki bahan baku panel surya yang melimpah dan terbaik di dunia. Peneliti Senior LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), DR Achiar Oemry menyatakan, dengan mengembangkan industri energi surya dikombinasikan dengan fasilitas penyimpanan energi dalam bentuk gas hidrogen, Indonesia bisa 100% menghilangkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Apa yang kita tunggu?

Redaksi Hijauku.com