Canola cultivation - Jan SmithTim peneliti dari University of Cambridge berhasil mengubah gurun, padang tandus, bahkan lahan bekas tambang yang sudah tercemar limbah batu bara, menjadi ladang tanaman pangan dan bahan bakar nabati.

Kuncinya adalah teknik menanam menggunakan bahan organik, zeolit dan batu vulkanik berpori yang dikreasikan sedemikian rupa hingga membentuk pupuk nabati (bio fertilizer) yang efektif. Peneliti bahkan menggunakan kotoran ayam dicampur dengan bahan-bahan di atas untuk memulihkan lahan tandus dan lahan yang telah tercemar.

Cara ini bisa digunakan oleh negara maju maupun negara berkembang, negara-negara pengguna batu bara, yang menghadapi masalah kerusakan lingkungan, kekeringan maupun pencemaran tanah. Manfaat lain adalah pengurangan penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.

Dengan mencampur semua bahan tersebut, peneliti bisa mengendalikan pelepasan nutrisi dalam tanah termasuk mengendalikan air sehingga campuran ini ideal sebagai media tanam. Tim peneliti telah membuktikan, pupuk organik dan tanaman bahan bakar nabati bisa dikembangkan dengan baik dan berkelanjutan meski di lahan yang mengandung banyak residu metal.

Dengan menggunakan limbah batu bara di lahan bekas tambang di Nottinghamshire, tim peneliti berhasil menanam tanaman rapa (tanaman penghasil minyak kanola), tanaman flax, bit gula (sugar beet) dan jagung di atas lahan yang terdiri dari kotoran hewan, zeolit, pupuk organik dan limbah batu bara yang dicampur dengan tanah pekarangan.

Tanaman yang tumbuh di atas limbah batu bara yang diberi pupuk nabati terbukti lebih subur dan produktif dibanding tanaman yang hanya ditanam di pekarangan atau di limbah batu bara yang diberi kotoran hewan dan zeolit. Hasil penelitian ini sudah diterbitkan dalam International Journal of Environment and Resource bulan ini.

Limbah batu bara, mengandung elemen kimia yang bisa diionisasi menggunakan pupuk organik. Proses ionisasi ini menghasilkan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Saat limbah organik terurai, limbah ini menghasilkan ion-ion amonium yang muncul di permukaan zeolit. Dan saat media tanam ini dicampur dengan tanah, populasi mikroorganisme yang bertanggung jawab atas proses nitrifikasi (pengubahan senyawa nitrogen yg ada dalam sampah menjadi garam nitrat oleh bakteri) tumbuh pesat, yang penting dalam membentuk nutrisi tanaman. Pupuk nabati juga membantu menumbuhkan akar sehingga tanaman lebih kuat menghadapi ancaman erosi tanah.

Selain menanam di limbah batu bara tim peneliti juga memanfaatkan lahan-lahan yang telah terdegradasi (lahan tandus) seperti lahan yang berlokasi di gurun yang memerlukan air dan pupuk kimia dalam jumlah besar untuk bisa menumbuhkan tanaman. Hasil percobaan mereka membuktikan, zeolit yang ada dalam media tanam mampu mengikat air, meningkatkan kelembapan tanah di gurun pasir.

Setelah media tanam disiram air untuk pertama kalinya, air terserap dalam pori-pori zeolit dalam bentuk embun. Embun ini akan dilepaskan saat cuaca panas. Tanaman – termasuk sayuran dan buah-buahan – yang ditanam menggunakan pupuk nabati terbukti lebih subur dan lebih enak dibanding tanaman yang ditanam menggunakan pupuk kimia. Upaya menghijaukan gurun dan lahan tandus ini juga bisa menjadi salah satu upaya mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab krisis perubahan iklim dan pemanasan global. Solusi ramah lingkungan ini layak dikembangkan di Tanah Air.

Redaksi Hijauku.com