Prediksi kenaikan suhu bumi yang lebih tinggi kemungkinan akan lebih akurat pada masa datang. Hal ini terungkap dari penelitian terbaru National Center for Atmospheric Research (NCAR) yang dirilis Kamis (8/11).

Penemuan ini memberikan terobosan baru guna mengetahui besarnya kenaikan suhu bumi yang akan terjadi dalam sepuluh tahun ke depan dan pada masa datang.

John Fasullo dan Kevin Trenberth, dua iIlmuwan dari NCAR menyatakan, model komputer yang mampu meniru kondisi kekeringan di atmosfer sub-tropis cenderung memrediksi kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim yang lebih tinggi akibat kenaikan gas rumah kaca.

“Ada hubungan kuat antara kelembapan di satu wilayah dan tingkat pemanasan global akibat kenaikan konsentrasi CO2,” ujar Fasullo. “Kami menyimpulkan, tingkat pemanasan global cenderung mengarah pada titik tertinggi dari perkiraan.”

Selama lebih dari 30 tahun model komputer bernama equilibrium climate sensitivity (ECS) ini memerkirakan kenaikan suhu bumi rata-rata mencapai 5 derajat Fahrenheit (3 derajat Celsius).

Hasil ini adalah prediksi kenaikan suhu bumi terbaik pada akhir abad ke-21 dibanding prediksi pada akhir abad ke-19. Penyebabnya tidak lain jumlah emisi CO2 yang terus bertambah.

Dengan bantuan satelit, NCAR mampu mengukur uap air dan memerkirakan distribusi kelembapan global dengan lebih akurat. Fasullo dan Trenberth lalu meneliti distribusi kelembapan di 16 model perubahan iklim utama guna menemukan gambaran yang tepat dari kondisi yang ada saat ini.

Kondisi kering di wilayah sub-tropis memicu berkurangnya jumlah awan terutama pada bulan Mei hingga Agustus. Periode ini adalah waktu yang tepat untuk memrediksi pola perubahan cuaca.

“Kondisi kering di wilayah sub-tropis adalah elemen penting yang menentukan kondisi iklim kita pada masa datang,” ujar Fasullo sebagaimana dikutip dari siaran pers NCAR. “Jika kita bisa menciptakan model (perubahan iklim) yang lebih baik, kita akan bisa memrediksi dan bersiap menghadapi pemanasan global.”

Redaksi Hijauku.com