Produksi padi adalah kegiatan manusia yang menghasilkan emisi metana terbesar. Jumlah emisi metana yang dihasilkan dari produksi beras diperkirakan mencapai 50-100 juta ton per tahun. Kenaikan suhu bumi dan peningkatan konsentrasi emisi CO2 di atmosfer, melipatgandakan polusi metana dari produksi padi.

Kesimpulan ini terungkap dari hasil penelitian University of California, Davis, yang diterbitkan Senin (22/10) di Jurnal Nature Climate Change.

Menurut Profesor Chris van Kessel, peneliti dari UC Davis, saat permintaan beras dunia naik seiring kenaikan jumlah penduduk, emisi metana yang dihasilkan oleh proses produksi beras juga akan terus meningkat. Beras adalah bahan pangan terbesar kedua yang diproduksi oleh penduduk bumi.

Van Kessel dan rekan-rekan peneliti lain menganalisis 63 penelitian mengenai produksi beras di Asia dan Amerika Utara dengan menggunakan teknik analisis meta data.

Semua penelitian tersebut mengukur dampak kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer dan suhu bumi terhadap produktifitas lahan padi dan jumlah emisi metana yang dihasilkan dalam produksi beras.

“Hasil penelitian kami menunjukkan, produksi beras akan semakin tidak ramah iklim, seiring dengan perubahan yang terjadi di atmosfer,” ujar Kees Jan van Groenigen, peneliti dari Trinity College Dublin, yang memimpin penelitian ini.

Saat konsentrasi emisi CO2 di atmosfer bertambah, tanaman padi akan tumbuh lebih cepat dan produktivitas ladang padi meningkat. Peningkatan produktivitas ini memompa metabolisme organisme mikroskopis yang hidup dalam tanah, di antara tanaman padi. Organisme inilah yang memroduksi metana. Sehingga saat metabolisme organisme naik, polusi metana juga bertambah.

Secara keseluruhan, hasil eksperimen ini menunjukkan, saat konsentrasi CO2 di atmosfer naik, produktifitas lahan padi meningkat hingga 24,5% dan emisi metana naik sebesar 42,2% setiap satu kilo beras yang diproduksi.

Metana adalah gas rumah kaca yang efeknya terhadap perubahan iklim dan pemanasan global jauh lebih kuat dari CO2. Namun para peneliti menyatakan, solusi untuk mengurangi emisi metana dari produksi beras tersedia.

Petani bisa memerbaiki tata kelola irigasi yang memungkinkan mereka menanam padi di pertengahan musim. Mereka juga bisa beralih ke pupuk yang lebih ramah lingkungan yang berpotensi mengurangi emisi metana dari produksi padi.

Upaya lain adalah dengan menggunakan bibit yang tahan terhadap suhu tinggi serta dengan mengatur jarak panen sehingga penurunan produksi akibat kenaikan suhu bisa dihindari.

Jika semua solusi tersebut diterapkan, emisi metana dari produksi padi akan bisa ditekan. Semua langkah di atas penting untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca dan menjamin keamanan pangan penduduk dunia.

Redaksi Hijauku.com