Resesi ekonomi dunia pada 2008 semakin membuktikan kemampuan ekonomi ramah lingkungan untuk menciptakan lapangan kerja.

Krisis yang kemudian diperparah oleh inflasi dan kredit macet perbankan ini memaksa sejumlah negara memberikan stimulus fiskal untuk membuka lapangan kerja.

China dan Korea Selatan adalah negara pertama yang memasukkan program hijau dalam stimulus mereka dengan memberikan stimulus terutama bagi usaha kecil menengah.

Negara-negara yang lebih dulu bergerak menuju ekonomi hijau ini terbukti menikmati pertumbuhan lapangan kerja yang jauh lebih cepat dibanding negara lain.

Dalam skenario investasi hijau, sektor pertanian, gedung, kehutanan, dan transportasi mampu menciptakan lapangan kerja dalam jangka pendek, menengah dan panjang melampaui penciptaan lapangan kerja pada skenario biasa.

Dalam sepuluh tahun ke depan, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian bisa naik hingga 4%. Investasi di konservasi dan penanaman kembali hutan bisa menambah 20% lapangan kerja di sektor kehutanan pada 2050.

Sementara di industri transportasi, upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan peralihan dari moda transportasi pribadi ke transportasi publik dan kendaraan tanpa motor, bisa menambah lapangan kerja hingga 10% dibanding skenario biasa.

Investasi di bangunan hemat energi mampu menambah 2 juta hingga 3,5 juta lapangan kerja baru di Eropa dan Amerika Serikat saja.

Jika permintaan gedung-gedung baru (termasuk sekolah, rumah sakit dan fasilitas sosial lain) di negara berkembang turut diperhitungkan, potensi penciptaan lapangan kerja baru bisa jauh lebih besar.

Dengan mengalokasikan minimal 1% dari Produk Domestik Bruto dunia untuk meningkatkan efisiensi energi dan pennggunaan energi baru dan terbarukan, dunia tidak hanya bisa menciptakan lapangan kerja baru namun juga bisa menambahkan daya saing energi terbarukan.

Data tahun 2006 menyebutkan jumlah tenaga kerja yang diserap di sektor energi baru dan terbarukan mencapai angka lebih dari 2,3 juta. Negara yang menikmati pertumbuhan lapangan kerja ini adalah Brasil, China, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat.

Investasi di efisiensi energi dan energi terbarukan bisa menambah lapangan kerja baru hingga 20% pada 2050 dibanding skenario biasa. Pada saat yang sama, emisi bisa ditekan dan ekonomi bisa terus tumbuh.

Catatan Redaksi:

Data-data dalam artikel ini diolah dari laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) berjudul Towards a Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication – A Synthesis for Policy Makers.

Redaksi Hijauku.com