Penelitian SBI Energy menyimpulkan, sampah bisa memenuhi 10% kebutuhan energi global dengan bantuan teknologi terkini.

Permintaan energi yang terus meningkat dan masalah lingkungan yang tak kunjung selesai mendorong pemerintah di seluruh dunia menciptakan berbagai insentif dan skema finansial guna mendorong produksi energi dari sampah industri dan pertanian.

Hasil penelitian yang diterbitkan April lalu ini – sebagaimana dilaporkan oleh situs ThisDayLive.Com – mengungkapkan, pangsa pasar teknologi pengolah energi dari sampah global nilainya akan mencapai lebih dari US$ 27 miliar per tahun pada 2021.

Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi di Asia, semakin ketatnya regulasi limbah di Uni Eropa dan strategi mitigasi perubahan iklim AS.

Menurut penelitian ini, dalam lima tahun terakhir, pangsa pasar teknologi pengolah energi dari limbah global, telah tumbuh dari US$4,83 miliar pada 2006, menjadi $7,08 miliar pada 2010 – pertumbuhan yang luar biasa di tengah krisis ekonomi.

Setiap tahun dunia menghasilkan lebih dari 2,1 miliar ton sampah yang sebagian besar berakhir di TPA, membusuk, berbau, melepas gas metana, CO2, mencemari air, tanah dan udara. Padahal dalam sampah-sampah itu terkandung potensi energi yang kapasitasnya mencapai 718.024 Gwh – cukup untuk memenuhi 10% kebutuhan listrik dunia selama setahun.

Laporan ini juga menyebutkan, kemampuan negara maju untuk mengelola sampah sehingga aman dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan sudah sangat bagus. Namun upaya mereka mengolah sampah menjadi energi demi untuk melindungi alam masih tertinggal.

Kekurangan energi konvensional menjadi alasan kunci mengapa negara-negara di dunia melirik sampah sebagai sumber energi utama. Saat ini, penelitian terus dilakukan guna lebih meningkatkan efisiensi konversi energi dari sampah.

Redaksi Hijauku.com